Follow Me @intanyputri.edyson

Senin, 15 Agustus 2016

Bitch Resting Face Bukan Penyakit!!

01.06.00 0 Comments
Assalamualaikum,,
Anyeong Haseyeo,,

hai semua lama ga ketemuan kita (?) aku kali ini mau ngomong tentang Bitchy Resting Face ada yang tahu? sekedar informasi sekali lagi buat yang ga tau. Bitchy Resting Face itu salah satu sindrom dimana seseorang terlihat cemberut, kesal, wajah sangar, keliatan galak meski sebenarnya si pemilik sindrom dalam suasana hati yang baik. Adakah dari kalian yang merasa seperti yang aku bilang diatas?

Aku mau curhat,,, ㅠ.ㅠ aku mau mengakui sesuatu,,
sebenarnya,
sebenarnya,,
sebenarnya ,,,, Aku mengidap Sindrom ituuuu.. huuuu ㅠ.ㅠ

uda lama sih aku cari tahu kenapa orang-orang sering nanya ke aku "lagi ada masalah apa?" "kok cemberut?"
rasanya aku baik-baik aja, mood aku juga baik,, kok bisa mereka nanyanya gitu? eh ternyata ada sesuatu yang salah dengan saya. Tapi sayangnya sobat ga ada obat untuk sindrom ini, satu-satunya jalan adalah dengan oprasi plastik ㅠ.ㅠ sampe segitunya ya?

sebenarnya aku uda biasa sih kalo ada orang asing nanyain kok muka ku gitu, kok ngelamun? kok cemberut? tapi masalahnya itu kalo ada temen yang uda kenal lama sama aku, uda tahu gimana aku tapi masih suka ngelontarin pertanyaan itu, rasanya nyakitiiiiinn banget ㅠ.ㅠ dan mereka sering jadiin itu sebagai lelucon, meski aku kadang ikutan ketawa tapi mereka ga sadar kalo aku sedih banget.
ada banyak orang yang mengalami sindrom ini, tapi kok kayaknya masih ada aja orang yang asing dengan kondisi seseorang yang seperti ini?
ahhh,, kesel sih tapi mau gimana lagi uda bawaan lahir ya harus diterima dengan lapang dada ㅅ.ㅅ 

tapi ada juga kok hikmah yang bisa aku ambil dari sindrom (?) ini, cowok-cowok nakal ga ada yang berani gangguin aku hahaha,, 
banyak orang yang ga berani seenaknya sama aku,
banyak orang yang segan sama aku (ini suatu kepuasan sendiri bagi aku wkwk)
dan aku bisa mengenali orang-orang yang memang ngerti aku dan bisa bener-bener dijadiin sebagai teman ..
sejauh ini sih aku bahagi-bahagia aja selama ga ada pertanyaan-pertanyaan ngebosanin kaya yang uda aku ceritain diatas... hehe
udah itu aja curhatnya hari ini. ada yang merasa kita sama? comment dan bagi pengalaman kamu di kolom komentar yaa,,,

Anyeong !!!

Minggu, 22 Mei 2016

Manfaat Serat Rami (Boehmeria nivea) - Agroekoteknologi UNIMAL

20.56.00 0 Comments

PEMANFAATAN TANAMAN RAMI (Boehmeria nivea)



Disusun Oleh Kelompok 5:

Intan Yatima Putri   :           130310021

Armiya                       :           130310041

Riska Saputri             :           130310094

Ida Farida                  :           130310068

Zakiul Fuadi              :           130310028

Sofyan                         :           130310089



Kelas  : AET 2
TBT TEBU, NILAM DAN SERAT





PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

2016




-------------------------^^--------------------------



BAB I
PENDAHULUAN

1.1               Latar Belakang
Indonesia memiliki sumberdaya alam yang melimpah, salah satunya yaitu sumberdaya hayati baik berupa hewan maupun tumbuhan. Di era modern saat ini, penggunaan bahan-bahan dari plastik dan logam telah banyak digunakan untuk berbagai keperluan sehari-hari, tak jarang hal tersebut memicu kerusakan lingkungan yang kian meresahkan. Seperti bahan plastik misalnya, plastik dimanfaatkan untuk membantu memenuhi kebutuhan manusia dari pakaian sampai perlengkapan rumah tangga tak sedikit yang mengunakan plastik. Akan tetapi, sangat disayangkan bahwa bahan plastik tersebut sangat tidak ramah lingkungan karena plastik tak dapat diurai. Butuh waktu ribuan tahun untuk mengurai bahan plastik tersebut.
Akan tetapi, sebenarnya ada banyak cara yang bisa digunakan untuk dapat dimanfaatkan sebagai bahan komposit yang ramah lingkungan berpotensi menggantikan logam dan plastik, seperti salah satunya adalah Rami. Serat Rami dapat digunakan untuk rompi antipeluru, tabung gas, hingga kaki palsu. Kembali ke alam untuk menggunakan bahan yang ramah lingkungan kini menjadi gerakan yang meluas di dunia. Salah satu sumber hayati yang digunakan dan dikembangkan pemanfaatannya adalah serat dari tetumbuhan. Selama ini ada beberapa jenis tumbuhan yang dapat dimanfaatkan bahan selulosanya, baik yang berasal dari batang, buah, maupun daun, yaitu antara lain pisang abaka, kelapa, rami, sisal, tetapi yang berpotensi dikembangkan menjadi berbagai produk yang berkualitas dan bernilai tinggi adalah pisang abaka dan rami. 
Pengembangan rami (Boehmeria nivea Gaud.) telah lama dilakukan oleh masyarakat Indonesia, yaitu sejak zaman pemerintah Kolonial. Serat rami didiskripsikan mirip dengan serat kapas dengan beberapa kelebihan, yaitu serat lebih panjang, kekuatan serat lebih besar, daya serap air juga lebih besar. Namun demikian, serat rami lebih kasar dan daya mulurnya lebih  rendah dibandingkan karakter yang dimiliki serat kapas (Sastrosupadi, 2005). Komposit serat rami dapat digunakan untuk pembuatan aksesories interior dan eksterior kendaraan bermotor, seperti  modifikasi bemper dengan variasi geometri dan pewarnaan (BBPT, 2009).
Pengembangan rami akan lebih menguntungkan apabila limbahnya dimanfaatkan. Sebagai contoh limbah serat rami  pendek dimanfaatkan untuk membuat kertas berkualitas tinggi antara lain kertas uang dan kertas rokok (Swicofil,  2010). Limbah daun rami sebagai pakan ternak (Sudibyo et al., 2007) dan limbah dekortikasi dapat digunakan sebagai bahan baku pulp, kompos, particle board, dan media untuk penanaman berbagai komoditas pertanian antara lain jamur merang dan strawberry.
   1.2  Tujuan
Tujuan penulisan ini untuk menyampaikan informasi yang berkaitan dengan pemanfaat Serat Rami sebagai bahan baku tekstil dan lainnya sebagai pengganti bahan baku plastki maupun logam yang lebih ramah lingkungan.
Dengan penulisan ini diharapkan dapat meningkatkan minat masyarakat untuk memanfaatkan serat rami yang lebih aman dan ramah lingkungan sehingga dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan dari limbah plastik dan bahan baku tekstil yang mengandung zat kimia berbahaya lainnnya.








BAB II
PEMBAHASAN

   2.1  Tanaman Rami (Boehmeria nivea)
Tanaman Rami (Boehmeria nivea) adalah tanaman tahunan yang berbentuk rumpun mudah tumbuh dan dikembangkan di daerah tropis, tahan terhadap penyakit dan hama, serta dapat mendukung pelestarian alam dan lingkungan. Tanaman Rami yang dikenal dengan nama latinnya Boehmeria nivea (L) Goud merupakan tanaman tahunan berbentuk rumpun yang dapat menghasilkan serat alam nabati dari pita (ribbons) pada kulit kayunya yang sangat keras dan mengkilap.
Rami termasuk dalam stingless netlle (sejenis daun gatal) dalam keluarga Urticaceae dan ordo Urticales, yang di daerah tropika ada sekitar 40 generasi dan 500 spesies. Rami merupakan spesies yang paling penting secara ekonomi, karena memiliki serat yang baik untuk diperdagangkan. Ada dua golongan rami yang secara komersial diusahakan, yaitu rami hijau (Boehmeria nivea var. tenaccisima) dan rami putih (Boehmeria nivea var. proper). Ciri khas tanaman rami putih adalah pada daun bagian bawah berwarna putih keperakan yang sangat kontras, sedangkan rami hijau warna putih keperakannya agak kurang jelas.
Serat rami mempunyai sifat dan karakteristik serat kapas (cotton) yaitu sama-sama dipintal ataupun dicampur dengan serat yang lainnya untuk dijadikan bahan baku tekstil. Prospek pengembangan pasar untuk serat rami sangat baik karena harga jual yang relatif tinggi. Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk mengembangkan rami karena memiliki lahan yang relatif luas dan iklim yang cocok untuk tanaman rami. Rami sangat cocok dikembangkan di Indonesia bagian barat yang beriklim basah karena tanaman ini memerlukan curah hujan sepanjang tahun. Berdasarkan persyaratan tumbuhnya banyak daerah yang sesuai antara lain: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara dan Sumatera Selatan. Dari hasil penelitian, serat rami di Indonesia kualitasnya mampu bersaing dengan serat rami dari Cina, Brazil, Filipina, Taiwan, Korea, Komboja, Thailand dan Vietnam.
Sifat-sifat serat rami:
1.      Berwarna putih, mudah diberi warna
2.      Kuat, memiliki kekuatan 4X lebih besar daripada linen, 6X dari sutera dan 7X dari kapas.
3.      Kilapnya lebih tinggi dari beberapa linen, daya serap terhadap kelembaban 12%, (daya serap kapas 8%)
4.      Elastisitas rendah, licin dan kaku.

   2.2  Potensi Pemanfaatan Tanaman Rami (Boehmeria nivea)
Rami merupakan tanaman yang memiliki potensi tinggi (serbaguna). Daunnya merupakan bahan kompos dan pakan ternak yang bergizi tinggi, kayunya baik untuk bahan bakar. Serat rami merupakan bahan yang dapat diolah untuk kain fashion berkualitas tinggi dan bahan pembuatan selulosa berkualitas tinggi (selulose α). Kayu dan serat rami dapat diolah menjadi pulp berkualitas tinggi sebagai bahan baku pembuatan aneka jenis kertas berharga.
Proses dekortikasi menghasilkan limbah rami yang sangat baik untuk pupuk organik ( kompos). Setelah mengalami bio proses, pupuk organik dari batang rami tersebut dapat digunakan untuk pemupukan tanaman. Di samping tanaman rami itu sendiri kelebihannya dapat digunakan untuk tanaman hortikutura atau tanaman perkebunan lainnya. Kegunaan batang rami yang lain adalah sebagai bahan baku pulp (kertas), bahan baku particle board serta mempunyai kandungan cellulosa yang cukup baik untuk dijadikan bahan baku propelant double base (bahan baku isian dorong peluru).
2.2.1        Pemanfaatan Rami Sebagai Bahan Baku Tekstil
Pada tahun 1733, rami dikenal sebagai tanaman hias di Kebun Raya di Belanda, setelah satu abad kemudian baru diketahui potensinya sebagai penghasil serat tekstil (Sastrosupadi, 2005). Di Indonesia, tanaman rami sudah lama dibudidayakan, yaitu sejak zaman penjajahan Belanda. Pada saat itu serat rami digunakan sebagai suplemen kapas untuk industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Serat rami didiskripsikan mirip dengan serat kapas dengan beberapa kelebihan yaitu serat lebih panjang, kekuatan serat lebih besar, daya serap air juga lebih besar. Namun demikian, serat rami lebih kasar dan daya mulurnya lebih rendah dibandingkan karakter yang dimiliki serat kapas.
Untuk memadukan sifat kelebihan dan kekurangan serat rami dengan serat kapas atau bahan baku lain (misal rayon atau poliester), diperlukan perbandingan tertentu sehingga mudah dalam proses pemintalan untuk membuat benang (Tirtosuprobo et al., 2007b). Kain rami nyaman dipakai terutama pada musim panas karena memiliki daya serap yang tinggi. Keistimewaan lain adalah tahan terhadap penodaan dan tahan untuk dicuci dengan air panas. Kain rami juga tidak mudah berjamur dan tahan terhadap ngengat sehingga lebih awet disimpan dalam waktu lama.
2.2.2        Pemanfaatan Rami Sebagai Pakan Ternak
Daun rami mempunyai kandungan bahan kering 86,80%, bahan organik 86,32%, protein kasar 25,23%, serat kasar 16,13% dan lemak kasar 2,63% sehingga dapat digunakan sebagai pakan ternak (Santoso dan Sastrosupadi, 2008). Hasil penelitian Sudibyo et al. (2007) menunjukkan bahwa penggunaan limbah daun rami sebagai konsentrat dalam pakan lengkap dapat meningkatkan kandungan protein kasar 0,77% dan serat kasar 13,83%, meningkatkan daya degradasi pakan sebesar 1,0-1,8% dan daya cerna sebesar 2,28-3,26%. Peningkatan proporsi limbah daun rami sebagai bahan konsentrat dalam pakan lengkap dari 15-45% diikuti oleh peningkatan kandungan protein kasar, serat kasar, daya degradasi pakan, dan daya kecernaan pakan.
Seorang pengusaha di Garut, Jawa Barat telah berhasil membuat pakan ternak berupa pellet dengan ukuran diameter 12,5 cm dengan ketebalan 5 cm. Berat masing-masing pellet sekitar 200 g yang dicobakan pada sapi, kambing dan itik. Cara pembuatan pellet dengan mencampurkan tepung daun rami dan sumber karbohidrat lain seperti tongkol jagung, kemudian difermentasi hingga menjadi silase. Hasil silase ini kemudian dicetak menjadi pellet. Komposisi antara daun kering dengan sumber karbohidrat lain tidak persis sama karena yang berperan adalah hasil analisis proksimat (proximate analysis) yang terdiri atas kadar protein, lipida, karbohidrat, serat kasar, dan abu yang telah ditetapkan lebih dulu.
2.2.3        Pemanfaatan Rami Sebagai Bahan Baku Kertas Dan Pulp
Serat rami yang pendek dapat digunakan sebagai bahan baku kertas berkualitas tinggi antara lain kertas uang dan kertas rokok. Limbah hasil dekortikasi yang berupa potongan-potongan kayu dan kulit rami dapat digunakan sebagai bahan baku pulp. Pembuatan pulp dengan bahan baku limbah dekortikasi rami telah dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (Balittas) bekerjasama dengan Balai Besar Selulosa, Bandung. Dari analisis mutu lembaran pulp putih diketahui bahwa mutu pulp dari limbah dekortikasi rami cukup baik Hal ini disebabkan oleh kandungan kimia limbah dekortikasi rami masih cukup tinggi.
2.2.4        Pemanfaatan  Rami Sebagai Bahan Baku Kompos
Limbah dekortikasi juga dapat digunakan sebagai bahan baku kompos. Hasil penelitian di Wonosobo selama lima tahun (2000-2004) menunjukkan bahwa limbah dekortikasi basah sebesar 53%, yang dapat diolah menjadi kompos hanya sebesar 12% dari bobot brangkasan 111.905 kg/ha/tahun (Santoso dan Sastrosupadi, 2008). Mengingat kandungan unsur hara limbah dekortikasi cukup tinggi yaitu unsur P (0,19%), K (1,02%), Ca (0,93%) dan Mg (0,40%), maka kompos yang dihasilkan mempunyai kandungan nutrisi tinggi sehingga sangat bermanfaat bagi tanaman lain. Kandungan hara kompos limbah dekortikasi rami lebih lengkap bila dibandingkan dengan kompos sisa pangkasan teh dan kulit buah kakao.


2.3  Pengolahan Tanaman Rami Menjadi Serat
Sebelum tanaman rami dijadikan sebagai bahan baku tekstil dan bahan baku lainnya tentu haru melewati berbagai proses terlebih dahulu, salah satunya adalah mengubah tanaman rami menjadi serat baru setelah itu rami dapat diolah menjadi berbagai bahan baku sesuai kebutuhan yang diinginkan. Lalu bagaimana proses pengolahannya?
Rami dipanen pada umur sekitar 6 bulan sejak tanam. Yang dipanen adalah batangnya, dengan cara dipangkas di bagian pangkal. Dengan budidaya yang baik, tinggi batang rami bisa mencapai 2 m, dengan diameter batang sekitar jari orang dewasa. Karena tanaman ini berizoma (menumbuhkan anakan), maka rumpun rami bisa dipanen terus-menerus antara 5 sampai dengan 6 tahun. Baru kemudian dibongkar, untuk dirotasi dengan tanaman lain.
Pada umumnya Tahapan Pengolahan sebagai berikut :  
1.      Dekortikasi yaitu memisahkan kulit rami dari batangnya. Pada umumnya cara pemisahan rami yaitu batang rami yang dipanen, segera dibersihkan dari daun dan pucuknya dibuang. Setelah dibersihkan daunnya, batang rami dikupas kulitnya. Caranya, batang rami digaris memanjang menggunakan ujung pisau, lalu kulit dibuka dan ditarik. Proses ini disebut dekortikasi, dan bisa dilakukan secara manual, maupun masinal (dengan mesin). Kayu rami kemudian dijemur sebagai kayu bakar, untuk pulp (bubur kertas), bahkan bisa diolah menjadi Nitro Selulosa, sebagai bahan amunisi (mesiu). Kulit rami hasil dekortikasi, harus segera diolah lebih lanjut, dijemur, atau diberi threatment, agar tidak tercemar bakteri atau kapang. Sebab kulit rami sangat peka busuk, yang berakibat rusaknya serat. 
2.      Degumming yaitu menghilangkan sisa-sisa gum dan pektin yang masih menempel pada serat, dapat dilakukan dengan cara kimia. Tujuan proses degumming ialah proses degumming pada serat rami kasar untuk menghilangkan sebanyak mungkin senyawa gum yang masih ada di antara helaian serat rami. Pada serat rami kasar kandungan gum nya berkisar Proses degumming biasanya dilakukan dengan cara memasak antara 25-30% china grass dengan larutan alkali selama beberapa jam. Cara degumming ada beberapa macam, antara lain menggunakan NaOH 0,5%, Na2C03, Na-tripolifosfat 3% serta bahan pembasah (teepol) sebanyak 3% 
3.      Pemutihan serat dapat dengan bahan pemutih: biasanya menggunakan senyawa klorin (ca-hipoklorit atau na-hipoklorit) atau hidrogenperoksida (H202)  Proses ini ditujukan untuk pemutihan pada serat hasilproses degumming membuat serat setelah proses degumming masih berwarna kekuning-kuningan sampai saat ini, proses pemutihan menjadi putih seperti kapas. Dilaksanakan dengan cara merendam serat setelah proses degumming dengan senyawa klorin (ca-hipoklorit atau na-hipoklorit) atau hidrogen peroksida (h202). Perendaman ini diikuti dengan pemanasan pada suhu 50°c selama 1 jam,kemudian baru dicuci dan dikeringkan. Serat rami hasil deguming ini, masih harus diproses softening, yakni proses pelepasan dan penghalusan. Proses ini bisa dilakukan secara kimia maupun mekanis. Proses softening diperlukan agar serat rami bisa dipintal dan ditenun. Proses terakhir adalah cutting dan opening, untuk memisah serat rami menjadi dua macam. Serat panjangnya disebut rami top, dan serat pendeknya staple fibre. Dengan dihasilkannya dua produk ini, berakhirlah proses pengolahan kulit batang rami, hingga menjadi serat yang siap pintal dan tenun.
4.      Pelurusan serat dengan bantuan alat brushing machine,
5.      Pemotongan serat memotong serat rami menjadi sepanjang serat kapas atau polyester lainnya. 
6.      Penguraian bundel serat diuraikan menjadi serat seperti serat kapas, pada tahap ini serat rami baru dapat dipintal atau dicampur dengan serat lainnya.
7.      Namun Serat yang dihasilkan berwarna putih seperti kapas dan mengkilat, perlakuan pemutihan serat ini dapat berpengaruh pada kekuatan serat. Penggunaan bahan pemutih terlalu banyak dapat menurunkan kekuatan serat.



   2.4  Kendala Yang Dihadapi Dalam Pengembangan Rami
Rami memang sangat menguntungkan apabila kita bisa memanfaatkannya dengan baik, keuntungan yang kita dapat bisa dari berbagai segi bahkan limbahnya-pun dapat dimanfaatkan sebagai kompos dan konsentrat. Akan tetapi dibalik manfaat yang bisa kita dapat tersebut masih sedikit orang yang mau berbisnis dengan rami. Ini dikarenakan masih bayank kendala yang menjadi masalah dalam usaha pengembangannya.
Kendala utama dalam pengembangan rami adalah rendahnya produktivitas sebagai akibat bahan tanaman yang belum murni (Purwati, 2010). Selain itu, persyaratan tumbuh untuk rami di lahan pengembangan kadang kala belum terpenuhi.
Selain kendala teknis, beberapa kendala non-teknis yang dapat mempengaruhi pengembangan rami di Indonesia antara lain:
1.)    Lokasi pengembangan umumnya jauh dari sarana transportasi, sehingga menambah biaya produksi
2.)    Pada proses penyeratan untuk mendapatkan serat kasar (china grass) diperlukan alat untuk memisahkan kulit rami dari batangnya yang disebut dekortikator (Winarto, 2005).
3.)    Kelembagaan yang ada belum sesuai untuk pengembangan rami,
4.)    Kejelasan pasar dan kepastian harga serat rami belum banyakdiketahui, dengan demikian akan menyulitkan produsen rami untuk menyalurkan hasil seratnya (Tirtosuprobo et al., 2007)
5.)    Pengembangan rami baru menguntungkan setelah tahun ke tiga, dan
6.)    Pabrik-pabrik tekstil yang ada di tanah air belum banyak memanfaatkan serat rami sebagai benang untuk tekstil, karena mesin yang digunakan adalah mesin pengolah kapas (serat pendek).



BAB III
PENUTUP

   3.1  Kesimpulan
Penulisan ini ditujukan untuk menyampaikan informasi yang berkaitan dengan pengembangan penggunaan rami berdasarkan manfaat yang didapatkan, serta upaya peningkatan produksi melalui penggunaan varietas dan teknologi pemanfaatan serat rami yang tepat. Upaya-upaya tersebut diharapkan dapat mendukung tersedianya bahan baku tekstil dan produk tekstil, serta industri lain dengan memanfaatkan limbah rami.
Berdasarkan potensi yang terdapat pada tanaman rami dan kebutuhan serat rami yang cukup tinggi, baik untuk subtitusi serat kapas maupun untuk bahan baku diversifikasi produk, maka pengembangan rami di Indonesia perlu digalakkan kembali.
   3.2  Saran
Indonesia termasuk negara yang membudidayakan tanaman rami tidak terlalu luas padahal manfaat dari rami itu sendiri sangat banyak. Hampir seluruh bagian dari tanaman rami dapat di manfaatkan. Akan sangat menguntungkan apabila Indonesia dapat mengembangkan produksi tanaman rami sehingga Indonesia dapat bersaing dengan negara pengimpor utama serat rami seperti Jepang, Jerman, Perancis dan Inggris.
Beberapa kendala yang dihadapi dalam pengembangan rami selama ini perlu diantisipasi dengan menggunakan strategi pengembangan yang tepat. Strategi pengembangan rami yang konstruktif meliputi intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi dan kelembagaan. Untuk mengatasi kendala tersebut, Intensifikasi yang meliputi pemanfaatan varietas unggul dan benih bermutu tinggi merupakan strategi utama yang mutlak diperlukan dalam upaya peningkatan produktivitas pengembangan rami (Purwati, 2010).
DAFTAR PUSTAKA

BPPT. 2009. Sosialisasi aplikasi komposit serat alam ramie. http://w.w.w.bppt.go.id/index.php?Option=com_content&id=292:sosialisasi-aplikasi-kompositserat ramie (Diakses 24 February 2016)
HKTI. 2014. Tanaman Rami (Boehmeria nivea). http://hkti.org/tanaman-rami-boehmeria-nivea.html (Diakses 24 February 2016)
Omah Tenun. 2014. Pengolahan Tanaman Rami Menjadi Serat. http://omahtenunku.blogspot.co.id/2014/06/pengolahan-tanaman-rami-menjadi-serat.html (Diakses 24 February 2016)
Petanihebat.com . 2014. Manfaat Serat Rami. http://www.petanihebat.com/2014/09/manfaat-serat-rami.html (Diakses 24 February 2016)
Plantus. 2010. Tanaman Ramie Komoditas Prospektif. http://anekaplanta.wordpress.com/2010/01/28/tanaman-ramie-komoditasprospektif (Diakses tanggal 24 February 2016)
Purwati, R.D. 2010.  Strategi Pengembangan Rami (Boehmeria nivea Gaud.). Jurnal Perspektif, No. 2(6). Hlm 106-118
Sastrosupadi, A. 2005. Pengembangan rami (Boehmeria nivea Gaud.) di Indonesia. Di dalam Rachman A., et al. (eds) Rami (Boehmeria nivea Gaud.). Monograf No. 8. Balittas. Malang, hlm 60-67.
Sudibyo, N., S. Mulyaningsih dan B. Santoso, 2007. Pengaruh proporsi limbah daun rami dalam konsentrat pakan lengkap terhadap pertumbuhan kambing. Prosiding Lokakarya Model Pengembangan Agribisnis Rami. Garut 24 November 2005. Puslitbang Perkebunan, Bogor, hlm 72-79.
Tanuwira, U.,H et al. 2010. Daun Rami (Boehmeria nivea) Sebagai Pengganti Konsentrat Ransum Domba. Seminar nasional fakultas perternakan Unpad ke-2 “sistem produksi berbasis ekosistem lokal”. Universitas Padjajaran. Bandung. Hlm 494-498
Tirtosuprobo, S., B.W. Winarto, dan M. Sahid. 2007. Peluang pengembangan rami untuk suplemen kapas. Prosiding Lokakarya Nasional Kapas dan Rami. Surabaya 15 Maret 2006. Puslitbang Perkebunan, Bogor, hlm 167-173.
Winarto, B.W. 2005. Pengolahan serat rami kasar (china grass) menjadi serat siap pintal. Di dalam Rachman A., et al. (eds) Rami (Boehmeria nivea Gaud.). Monograf No. 8. Balittas. Malang, hlm 45-54.

Minggu, 10 Januari 2016

UPAYA KONSERVASI TANAH PADA FAKTOR PEMBATAS KEPEKAAN EROSI DAN TINGKAT EROSI

21.28.00 0 Comments

Apa itu erosi?
dikutip dari Wikipedia Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel lainnya) akibat transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan, creep pada tanah dan material lain di bawah pengaruh 
gravitasi, atau oleh makhluk hidup semisal hewan yang membuat liang, dalam hal ini disebut bio-erosi.

 Kelas  (kepekaan erosi)
Kepekaan Tanah terhadap erosi atau disebut erodibilitas tanah didefenisikan oleh Hudson (1978) sebagai mudah tidaknya suatu tanah tererosi. Secara lebih spesifik Young et aldalam Veiche (2002) mendefinisikan erodibilitas tanah sebagai mudah tidaknya suatu tanah untuk dihancurkan oleh kekuatan jatuhnya butir-butir hujan, dan/atau oleh kekuatan aliran permukaan.
1  Lereng Permukaan (%)
3 - 8 %
II
2  Kepekaan erosi
0,35
III
3  Tingkat erosi
sedang
III
4  Kedalaman Tanah (cm)
<90
II
5  Tekstur Lapisan Atas
Lp berdebu
I
6  Tekstur Lapisan Bawah
Lp berdebu
I
7   Permeabilitas (cm/jam)
1,98
I
8.  Drainase
baik
I
9   Kerikil/batuan
< 15%
I
10 Ancaman banjir
tdk pernah
I
Mengeni faktor yang mempengaruhi Kepekaan Erosi (Erodibilitas) Poesen (1983) mengatakan bahwa erodibilitas bukan hanya ditentukan oleh sifat-sifat tanah, namun ditentukan pula oleh faktor-faktor erosi lainnya, yakni erosivitas, topografi, vegetasi, fauna dan aktivasi manusia.
Meskipun erodibilitas tanah tidak hanya ditentukan oleh sifat-sifat tanah, namun untuk membuat konsep erodibilitas tanah menjadi tidak terlalu kompleks, maka beberapa peneliti menggambarkan erodibilitas tanah sebagai pernyataan keseluruhan pengaruh sifat-sifat tanah dan bebas dari faktor-faktor penyebab erosi lainnya (Arsyad, 2002)
Menurut Dariah et al (2008) pada prinsipnya sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erodibilitas tanah adalah:
1.      Sifat-sifat tanah yang memepengaruhi laju infiltrasi, permeabelitas dan kapasitas tanah menahan air,
2.      Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi  ketahanan struktur tanah terhadap depresi, dan pengikisan oleh butir-butir air hujan dan aliran permukaan.

 Solusi Masalah
            Maka untuk mengatasi masalah Kepekaan Erosi Tanah adalah sebaagai berikut:
-          Melakukan Pengukuran Erodibiltas Tanah
Erodibilitas tanah sangat penting untuk diketahui terlebih dahulu agar tindakan konservasi dan pengelolaan tanah dapat dilaksanakan secara lebih tepat dan terarah. Namun, menurut Veiche (2002) konsep dari erodibilitas tanah merupakan satu hal yang kompleks atau tidak sederhana, karena erodibilitas dipengaruhi oleh banyak sekali sifat-sifat tanah.
Nilai erodibilitas tanah dapat dihitung dengan persamaan:
K= A/R
Dimana:           K = faktor erodibilitas tanah
                        A = erosi tanah (t   )
                        R = faktro erosivitas curah hujan
-          Melakukan Pendekatan Pedogenesis Dalam Penetuan Erodibilitas Tanah Secara Spasial
Dalam perencanaan penggunaan lahan dan penerapan teknik konservasi tanah, penentuan erodibilitas tanah secara spasial sangat diperlukan. Beberapa penenliti telah mencoba mengevaluasi kemungkinan penggunaan peta tanah untuk menentukan erodibilitas tanah secara spasial.
-          Penetapan Erodibilitas Tanah Dengan Menggunakan Model Untuk Memprediksi Tingkat Kepekaan Erosi
Penetapan erodibilitas tanah dengan menggunakan model merupakan salah satu jalan keluar. Beberapa model telah dikembangkan untuk memprediksi tingkat erodibilitas tanah , namun demikian untuk kondisi tanah Indonesia masih diperlukan beberapa pengujian agar diperoleh model yang sesuai (Dariah et al, 2008)
-          Penggunaan Metode Vegetatif
Metode vegetatif adalah suatu cara pengelolaan lahan miring dengan menggunakan tanaman sebagai sarana konservasi tanah. Tanaman penutup tanah ini selain untuk mencegah atau mengendalikan bahaya erosi juga dapat berfungsi memperbaiki struktur tanah, menambahkan bahan organik tanah, mencegah proses pencucian unsur hara dan mengurangi fluktuasi temperatur tanah. Metode vegetatif untuk konservasi tanah dan air termasuk antara lain: penanaman penutup lahan (cover crop) berfungsi untuk menahan air hujan agar tidak langsung mengenai permukaan tanah, menambah kesuburan tanah (sebagai pupuk hijau), mengurangi pengikisan tanah oleh air dan mempertahankan tingkat produktivitas tanah. Penanaman rumput kegunaannya hampir sama dengan penutup tanah, tetapi mempunyai manfaat lain, yakni sebagai pakan ternak dan penguat terras. Cara penanamannya dapat secara rapat, barisan maupun menurut kontur.
2.      Kelas  (Tingkat Erosi)
Erosi merupakan perpindahan material tanah dari satu tempat ke tempat yang lain oleh media tertentu, seperti air, angin dan lain sebagainya. Sedangkan menurut Kartasapoetra (2005) Erosi merupakan proses penghanyutan tanah oleh desakan atau kekuatan air dan angin, baik yang berlangsung secara alamiah ataupun sebagai akibat tindakan/perbuatan manusia.
Salah satu faktor iklim yang paling berpengaruh terhadap kejadian erosi permukaan adalah curah hujan. Hujan menyebabkan erosi tanah melalui dua jalan yaitu pelepasan butiran tanah oleh pukulan air hujan pada permukaan tanah dan kontribusi  curah hujan terhadap aliran permukaan.
Kemampuan air hujan sebagai penyebab terjadinya erosi adalah bersumber dari laju dan distribusi tetesan air hujan, dimana kedua indikator tersebut mempengaruhi besarnya energi kinetik air hujan. Energi kinetik air hujan yang menyebabkan terkelupasnya partikel-partikel tanah. Pada lahan dengan vegetasi penutupnya rapat dan disertai oleh tanaman bawah, maka air hujan yang jatuh akan tertahan oleh tajuk tanaman, sehingga kecepatan jatuhnya tetesan air hujan akan berkurang. Penurunan laju tetesan air hujan mengakibatkan energi kinetik hujan dalam mengerosi tanah menjadi berkurang. Namun demikian, seiring dengan meningkatnya intensitas dan penyebaran curah hujan, yang disertai dengan keterbatasan daya infiltrasi tanah mengakibatkan terjadinya limpasan permukaan (overland flow). Limpasan permukaan ini dapat mengikis permukaan tanah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya erosi permukaan pada suatu daerah aliran sungai selain curah hujan adalah karakteristik lereng, jenis tanah dan penggunaan lahan. Semakin panjang lereng suatu lahan menyebabkan semakin banyak air permukaan yang terakumulasi, sehingga aliran permukaan menjadi lebih tinggi kedalaman  maupun kecepatannya (Quratul, 2008).
 Solusi Masalah
Berikut adalah solusi untuk mengatasi masaalah Tingkat Erosi pada tanah yang dapat dilakukan:
-          Membuat Teras Bangku
Menggunakan teras bangku dengan konstruksi sedang. Selain  itu juga ditanami beberapa tanaman tahunan dengan sengaja sebagai salah satu upaya  konservatif.
-          Menggunakan Metode Mekanik
Metode mekanis atau fisik adalah konservasi yang berkonsentrasi pada penyiapan tanah supaya dapat ditumbuhi vegetasi yang lebat, dan cara memanipulasi topografi mikro untuk mengendalikan aliran air dan angin. Sedangkan metode kimia adalah usaha konservasi yang ditujukan untuk memperbaiki struktur tanah sehingga lebih tahan terhadap erosi. Pengendalian erosi secara teknis-mekanis merupakan usaha-usaha pengawetan tanah untuk mengurangi banyaknya tanah yang hilang di daerah lahan pertanian dengan cara mekanis tertentu. Sehubungan dengan usaha-usaha perbaikan tanah secara mekanik yang ditempuh bertujuan untuk memperlambat aliran permukaan dan menampung serta melanjutkan penyaluran aliran permukaan dengan daya pengikisan tanah yang tidak merusak.
Adapun usaha konservasi tanah dan air yang termasuk dalam metode mekanis antara lain meliputi : a. Pengolahan tanah b. Pengolahan tanah menurut garis kontur c. Pembuatan teras d. Pembuatan saluran air (waterways) e. Pembuatan dam pengendali (check dam) (Suripin, 2002).
-          Pengendalian Erosi Secara Kimiawi
Pengendalian erosi secara kimiawi, yaitu pengendalian erosi yang didasarkan atas usaha penambahan bahan kimiawi yang bersifat organik maupun anorganik secara terencana ke dalam tanah untuk memperbaiki/memulihkan sifat fisik dan kimiawi tanah. Tujuan pengendalian erosi secara kimiawi : (a) Memanipulasi struktur tanah sehingga terbentuk agregasi (b) Mempercepat dekomposisi mulsa dan seresah (Tim Peneliti BP2TPDAS IBB, 2002).
-          Menggunakan Metode Vegetatif
Menurut Kartasapoetra (2005) Cara vegetatif atau cara memanfatkan peranan tanaman dalam usaha pengendalian erosi dan atau pengawetan tanah dalam pelaksanaannya dapat meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a.)    penghutanan kembali (reboisasi) dan penghijauan,
b.)    penanaman tanaman penutup tanah,
c.)    penanaman tanaman secara garis kontur,
d.)   penanaman tanaman dalam strip,
e.)    penanaman tanaman secara bergilir, dan
f.)     pemulsaan atau pemanfaatan seresah tanaman

-          Memperhatikan Tingkat Erosi Permukaan Pada Lahan Pertanian
Disarankan untuk memprioritaskan wilayah pengelolaan untuk mereduksi dan mencegah bahaya erosi berdasarkan tingkat sebaran erosi permukaan, khususnya  ada tanah terbuka (lahan berro).
-          Membuat Kawasan Percontohan
Menetapkan suatu kawasan percontohan untuk mengadopsi dan mengimplementasikan teknik konservasi tanah guna mencegah terjadinya erosi permukaan, serta melakukan monitoring secara berkala.
-          Pemberdayaan Masyarakat
Mengusahakan pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan pengelolaan lingkungan.



DAFTAR PUSTAKA
A, Qurratul. 2008. Prediksi Tingkat Bahay Erosi Dengan Metode USLE Di Lereng Timur Gunung Sindoro. Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah Dan Air. Lembaga Sumberdaya Informasi Institut Pertanian Bogor. Bogor. IPB Press
Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.
Dariah et al. 2008. Kepekaan Tanah Terhadap Erosi. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Hudson, N. 1978. Soil Conservation. Bastford, London.
Kartasapoetra G., A. G. Kartasapoetra, M. M. Sutedjo. 2005. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Rineka Cipta. Jakarta
Lihawa, Fitryane. 2012. Tingkat Erosi Permukaan Pada Lahan Pertanian Jagung  Di Das Alo-Pohu Provinsi Gorontalo. Pusat Studi Lingkungan Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo.
Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Penerbit Andi. Yogyakarta. 
Tim Peneliti BP2TPDAS IBB. 2002. Pedoman Praktik Konservasi Tanah dan Air. Departemen Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Indonesia Bagian Barat (BP2TPDAS IBB). Surakarta.
Veiche, A. 2002. The Spatial Viriability Of Erodibility And Its Relation To Soil Types: A Study From  Northem Ghana. Goederma 106:110-120