Apa itu erosi?
dikutip dari Wikipedia Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel lainnya) akibat transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan, creep pada tanah dan material lain di bawah pengaruh
gravitasi, atau oleh makhluk hidup semisal hewan yang membuat liang, dalam hal ini disebut bio-erosi.
Kelas (kepekaan erosi)
Kepekaan Tanah terhadap erosi atau disebut erodibilitas tanah didefenisikan oleh Hudson (1978) sebagai mudah tidaknya suatu tanah tererosi. Secara lebih spesifik Young et al. dalam Veiche (2002) mendefinisikan erodibilitas tanah sebagai mudah tidaknya suatu tanah untuk dihancurkan oleh kekuatan jatuhnya butir-butir hujan, dan/atau oleh kekuatan aliran permukaan.
1 Lereng Permukaan (%)
|
3 - 8 %
|
II
|
2 Kepekaan erosi
|
0,35
|
III
|
3 Tingkat erosi
|
sedang
|
III
|
4 Kedalaman Tanah (cm)
|
<90
|
II
|
5 Tekstur Lapisan Atas
|
Lp berdebu
|
I
|
6 Tekstur Lapisan Bawah
|
Lp berdebu
|
I
|
7 Permeabilitas (cm/jam)
|
1,98
|
I
|
8. Drainase
|
baik
|
I
|
9 Kerikil/batuan
|
< 15%
|
I
|
10 Ancaman
banjir
|
tdk pernah
|
I
|
Mengeni faktor
yang mempengaruhi Kepekaan Erosi (Erodibilitas) Poesen (1983) mengatakan bahwa
erodibilitas bukan hanya ditentukan oleh sifat-sifat tanah, namun ditentukan
pula oleh faktor-faktor erosi lainnya, yakni erosivitas, topografi, vegetasi,
fauna dan aktivasi manusia.
Meskipun
erodibilitas tanah tidak hanya ditentukan oleh sifat-sifat tanah, namun untuk
membuat konsep erodibilitas tanah menjadi tidak terlalu kompleks, maka beberapa
peneliti menggambarkan erodibilitas tanah sebagai pernyataan keseluruhan
pengaruh sifat-sifat tanah dan bebas dari faktor-faktor penyebab erosi lainnya
(Arsyad, 2002)
Menurut Dariah et al (2008) pada prinsipnya sifat-sifat
tanah yang mempengaruhi erodibilitas tanah adalah:
1.
Sifat-sifat tanah yang memepengaruhi
laju infiltrasi, permeabelitas dan kapasitas tanah menahan air,
2.
Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi ketahanan struktur tanah terhadap depresi,
dan pengikisan oleh butir-butir air hujan dan aliran permukaan.
Solusi
Masalah
Maka
untuk mengatasi masalah Kepekaan Erosi Tanah adalah sebaagai berikut:
-
Melakukan
Pengukuran Erodibiltas Tanah
Erodibilitas tanah sangat penting
untuk diketahui terlebih dahulu agar tindakan konservasi dan pengelolaan tanah
dapat dilaksanakan secara lebih tepat dan terarah. Namun, menurut Veiche (2002)
konsep dari erodibilitas tanah merupakan satu hal yang kompleks atau tidak
sederhana, karena erodibilitas dipengaruhi oleh banyak sekali sifat-sifat
tanah.
Nilai erodibilitas tanah dapat
dihitung dengan persamaan:
K= A/R
Dimana: K = faktor erodibilitas tanah
A
= erosi tanah (t
)
R
= faktro erosivitas curah hujan
-
Melakukan
Pendekatan Pedogenesis Dalam Penetuan Erodibilitas Tanah Secara Spasial
Dalam perencanaan penggunaan lahan
dan penerapan teknik konservasi tanah, penentuan erodibilitas tanah secara
spasial sangat diperlukan. Beberapa penenliti telah mencoba mengevaluasi
kemungkinan penggunaan peta tanah untuk menentukan erodibilitas tanah secara
spasial.
-
Penetapan
Erodibilitas Tanah Dengan Menggunakan Model Untuk Memprediksi Tingkat Kepekaan
Erosi
Penetapan erodibilitas tanah dengan
menggunakan model merupakan salah satu jalan keluar. Beberapa model telah
dikembangkan untuk memprediksi tingkat erodibilitas tanah , namun demikian
untuk kondisi tanah Indonesia masih diperlukan beberapa pengujian agar
diperoleh model yang sesuai (Dariah et al,
2008)
-
Penggunaan
Metode Vegetatif
Metode vegetatif adalah suatu cara
pengelolaan lahan miring dengan menggunakan tanaman sebagai sarana konservasi
tanah. Tanaman penutup tanah ini selain untuk mencegah atau mengendalikan
bahaya erosi juga dapat berfungsi memperbaiki struktur tanah, menambahkan bahan
organik tanah, mencegah proses pencucian unsur hara dan mengurangi fluktuasi
temperatur tanah. Metode vegetatif untuk konservasi tanah dan air termasuk
antara lain: penanaman penutup lahan (cover crop) berfungsi untuk menahan air
hujan agar tidak langsung mengenai permukaan tanah, menambah kesuburan tanah
(sebagai pupuk hijau), mengurangi pengikisan tanah oleh air dan mempertahankan
tingkat produktivitas tanah. Penanaman rumput kegunaannya hampir sama dengan
penutup tanah, tetapi mempunyai manfaat lain, yakni sebagai pakan ternak dan
penguat terras. Cara penanamannya dapat secara rapat, barisan maupun menurut
kontur.
2. Kelas
(Tingkat Erosi)
Erosi merupakan
perpindahan material tanah dari satu tempat ke tempat yang lain oleh media
tertentu, seperti air, angin dan lain sebagainya. Sedangkan menurut
Kartasapoetra (2005) Erosi merupakan proses penghanyutan tanah oleh desakan
atau kekuatan air dan angin, baik yang berlangsung secara alamiah ataupun
sebagai akibat tindakan/perbuatan manusia.
Salah satu
faktor iklim yang paling berpengaruh terhadap kejadian erosi permukaan adalah
curah hujan. Hujan menyebabkan erosi tanah melalui dua jalan yaitu pelepasan
butiran tanah oleh pukulan air hujan pada permukaan tanah dan kontribusi curah hujan terhadap aliran permukaan.
Kemampuan
air hujan sebagai penyebab terjadinya erosi adalah bersumber dari laju dan
distribusi tetesan air hujan, dimana kedua indikator tersebut mempengaruhi
besarnya energi kinetik air hujan. Energi kinetik air hujan yang menyebabkan
terkelupasnya partikel-partikel tanah. Pada lahan dengan vegetasi penutupnya
rapat dan disertai oleh tanaman bawah, maka air hujan yang jatuh akan tertahan
oleh tajuk tanaman, sehingga kecepatan jatuhnya tetesan air hujan akan
berkurang. Penurunan laju tetesan air hujan mengakibatkan energi kinetik hujan
dalam mengerosi tanah menjadi berkurang. Namun demikian, seiring dengan
meningkatnya intensitas dan penyebaran curah hujan, yang disertai dengan
keterbatasan daya infiltrasi tanah mengakibatkan terjadinya limpasan permukaan
(overland flow). Limpasan permukaan ini dapat mengikis permukaan tanah.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi besarnya erosi permukaan pada suatu daerah aliran sungai
selain curah hujan adalah karakteristik lereng, jenis tanah dan penggunaan
lahan. Semakin panjang lereng suatu lahan menyebabkan semakin banyak air
permukaan yang terakumulasi, sehingga aliran permukaan menjadi lebih tinggi
kedalaman maupun kecepatannya (Quratul,
2008).
Solusi Masalah
Berikut adalah solusi untuk
mengatasi masaalah Tingkat Erosi pada tanah yang dapat dilakukan:
-
Membuat
Teras Bangku
Menggunakan
teras bangku dengan konstruksi sedang. Selain itu juga ditanami beberapa tanaman tahunan
dengan sengaja sebagai salah satu upaya konservatif.
-
Menggunakan
Metode Mekanik
Metode mekanis
atau fisik adalah konservasi yang berkonsentrasi pada penyiapan tanah supaya
dapat ditumbuhi vegetasi yang lebat, dan cara memanipulasi topografi mikro
untuk mengendalikan aliran air dan angin. Sedangkan metode kimia adalah usaha
konservasi yang ditujukan untuk memperbaiki struktur tanah sehingga lebih tahan
terhadap erosi. Pengendalian erosi secara
teknis-mekanis merupakan usaha-usaha pengawetan tanah untuk mengurangi
banyaknya tanah yang hilang di daerah lahan pertanian dengan cara mekanis tertentu.
Sehubungan dengan usaha-usaha perbaikan tanah secara mekanik yang ditempuh
bertujuan untuk memperlambat aliran permukaan dan menampung serta melanjutkan
penyaluran aliran permukaan dengan daya pengikisan tanah yang tidak merusak.
Adapun usaha konservasi
tanah dan air yang termasuk dalam metode mekanis antara lain meliputi : a.
Pengolahan tanah b. Pengolahan tanah menurut garis kontur c. Pembuatan teras d.
Pembuatan saluran air (waterways) e. Pembuatan dam pengendali (check dam)
(Suripin, 2002).
-
Pengendalian
Erosi Secara Kimiawi
Pengendalian
erosi secara kimiawi, yaitu pengendalian erosi yang didasarkan atas usaha
penambahan bahan kimiawi yang bersifat organik maupun anorganik secara
terencana ke dalam tanah untuk memperbaiki/memulihkan sifat fisik dan kimiawi
tanah. Tujuan pengendalian erosi secara kimiawi : (a) Memanipulasi struktur
tanah sehingga terbentuk agregasi (b) Mempercepat dekomposisi mulsa dan seresah
(Tim Peneliti BP2TPDAS IBB, 2002).
-
Menggunakan
Metode Vegetatif
Menurut
Kartasapoetra (2005) Cara vegetatif atau cara memanfatkan peranan tanaman dalam
usaha pengendalian erosi dan atau pengawetan tanah dalam pelaksanaannya dapat
meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a.)
penghutanan kembali (reboisasi) dan
penghijauan,
b.)
penanaman tanaman penutup tanah,
c.)
penanaman tanaman secara garis kontur,
d.)
penanaman tanaman dalam strip,
e.)
penanaman tanaman secara bergilir, dan
f.)
pemulsaan atau pemanfaatan seresah
tanaman
-
Memperhatikan
Tingkat Erosi Permukaan Pada Lahan Pertanian
Disarankan
untuk memprioritaskan wilayah pengelolaan untuk mereduksi dan mencegah bahaya
erosi berdasarkan tingkat sebaran erosi permukaan, khususnya ada tanah terbuka (lahan berro).
-
Membuat
Kawasan Percontohan
Menetapkan suatu
kawasan percontohan untuk mengadopsi dan mengimplementasikan teknik konservasi
tanah guna mencegah terjadinya erosi permukaan, serta melakukan monitoring
secara berkala.
-
Pemberdayaan
Masyarakat
Mengusahakan
pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan pengelolaan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
A, Qurratul. 2008.
Prediksi Tingkat Bahay Erosi Dengan Metode USLE Di Lereng Timur Gunung Sindoro.
Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Arsyad, S. 2000.
Konservasi Tanah Dan Air. Lembaga Sumberdaya Informasi Institut Pertanian
Bogor. Bogor. IPB Press
Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah
dan Air. Bogor: IPB Press.
Dariah et al. 2008. Kepekaan Tanah Terhadap Erosi. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Hudson, N. 1978. Soil Conservation.
Bastford, London.
Kartasapoetra G., A. G.
Kartasapoetra, M. M. Sutedjo. 2005. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Rineka
Cipta. Jakarta
Lihawa, Fitryane. 2012.
Tingkat Erosi Permukaan Pada Lahan Pertanian Jagung Di Das Alo-Pohu Provinsi Gorontalo. Pusat
Studi Lingkungan Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo.
Suripin. 2002.
Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Tim Peneliti BP2TPDAS
IBB. 2002. Pedoman Praktik Konservasi Tanah dan Air. Departemen Kehutanan Badan
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Indonesia Bagian Barat (BP2TPDAS IBB). Surakarta.
Veiche, A. 2002. The
Spatial Viriability Of Erodibility And Its Relation To Soil Types: A Study
From Northem Ghana. Goederma 106:110-120
Tidak ada komentar:
Posting Komentar