Follow Me @intanyputri.edyson

Minggu, 22 Mei 2016

Manfaat Serat Rami (Boehmeria nivea) - Agroekoteknologi UNIMAL

PEMANFAATAN TANAMAN RAMI (Boehmeria nivea)



Disusun Oleh Kelompok 5:

Intan Yatima Putri   :           130310021

Armiya                       :           130310041

Riska Saputri             :           130310094

Ida Farida                  :           130310068

Zakiul Fuadi              :           130310028

Sofyan                         :           130310089



Kelas  : AET 2
TBT TEBU, NILAM DAN SERAT





PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

2016




-------------------------^^--------------------------



BAB I
PENDAHULUAN

1.1               Latar Belakang
Indonesia memiliki sumberdaya alam yang melimpah, salah satunya yaitu sumberdaya hayati baik berupa hewan maupun tumbuhan. Di era modern saat ini, penggunaan bahan-bahan dari plastik dan logam telah banyak digunakan untuk berbagai keperluan sehari-hari, tak jarang hal tersebut memicu kerusakan lingkungan yang kian meresahkan. Seperti bahan plastik misalnya, plastik dimanfaatkan untuk membantu memenuhi kebutuhan manusia dari pakaian sampai perlengkapan rumah tangga tak sedikit yang mengunakan plastik. Akan tetapi, sangat disayangkan bahwa bahan plastik tersebut sangat tidak ramah lingkungan karena plastik tak dapat diurai. Butuh waktu ribuan tahun untuk mengurai bahan plastik tersebut.
Akan tetapi, sebenarnya ada banyak cara yang bisa digunakan untuk dapat dimanfaatkan sebagai bahan komposit yang ramah lingkungan berpotensi menggantikan logam dan plastik, seperti salah satunya adalah Rami. Serat Rami dapat digunakan untuk rompi antipeluru, tabung gas, hingga kaki palsu. Kembali ke alam untuk menggunakan bahan yang ramah lingkungan kini menjadi gerakan yang meluas di dunia. Salah satu sumber hayati yang digunakan dan dikembangkan pemanfaatannya adalah serat dari tetumbuhan. Selama ini ada beberapa jenis tumbuhan yang dapat dimanfaatkan bahan selulosanya, baik yang berasal dari batang, buah, maupun daun, yaitu antara lain pisang abaka, kelapa, rami, sisal, tetapi yang berpotensi dikembangkan menjadi berbagai produk yang berkualitas dan bernilai tinggi adalah pisang abaka dan rami. 
Pengembangan rami (Boehmeria nivea Gaud.) telah lama dilakukan oleh masyarakat Indonesia, yaitu sejak zaman pemerintah Kolonial. Serat rami didiskripsikan mirip dengan serat kapas dengan beberapa kelebihan, yaitu serat lebih panjang, kekuatan serat lebih besar, daya serap air juga lebih besar. Namun demikian, serat rami lebih kasar dan daya mulurnya lebih  rendah dibandingkan karakter yang dimiliki serat kapas (Sastrosupadi, 2005). Komposit serat rami dapat digunakan untuk pembuatan aksesories interior dan eksterior kendaraan bermotor, seperti  modifikasi bemper dengan variasi geometri dan pewarnaan (BBPT, 2009).
Pengembangan rami akan lebih menguntungkan apabila limbahnya dimanfaatkan. Sebagai contoh limbah serat rami  pendek dimanfaatkan untuk membuat kertas berkualitas tinggi antara lain kertas uang dan kertas rokok (Swicofil,  2010). Limbah daun rami sebagai pakan ternak (Sudibyo et al., 2007) dan limbah dekortikasi dapat digunakan sebagai bahan baku pulp, kompos, particle board, dan media untuk penanaman berbagai komoditas pertanian antara lain jamur merang dan strawberry.
   1.2  Tujuan
Tujuan penulisan ini untuk menyampaikan informasi yang berkaitan dengan pemanfaat Serat Rami sebagai bahan baku tekstil dan lainnya sebagai pengganti bahan baku plastki maupun logam yang lebih ramah lingkungan.
Dengan penulisan ini diharapkan dapat meningkatkan minat masyarakat untuk memanfaatkan serat rami yang lebih aman dan ramah lingkungan sehingga dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan dari limbah plastik dan bahan baku tekstil yang mengandung zat kimia berbahaya lainnnya.








BAB II
PEMBAHASAN

   2.1  Tanaman Rami (Boehmeria nivea)
Tanaman Rami (Boehmeria nivea) adalah tanaman tahunan yang berbentuk rumpun mudah tumbuh dan dikembangkan di daerah tropis, tahan terhadap penyakit dan hama, serta dapat mendukung pelestarian alam dan lingkungan. Tanaman Rami yang dikenal dengan nama latinnya Boehmeria nivea (L) Goud merupakan tanaman tahunan berbentuk rumpun yang dapat menghasilkan serat alam nabati dari pita (ribbons) pada kulit kayunya yang sangat keras dan mengkilap.
Rami termasuk dalam stingless netlle (sejenis daun gatal) dalam keluarga Urticaceae dan ordo Urticales, yang di daerah tropika ada sekitar 40 generasi dan 500 spesies. Rami merupakan spesies yang paling penting secara ekonomi, karena memiliki serat yang baik untuk diperdagangkan. Ada dua golongan rami yang secara komersial diusahakan, yaitu rami hijau (Boehmeria nivea var. tenaccisima) dan rami putih (Boehmeria nivea var. proper). Ciri khas tanaman rami putih adalah pada daun bagian bawah berwarna putih keperakan yang sangat kontras, sedangkan rami hijau warna putih keperakannya agak kurang jelas.
Serat rami mempunyai sifat dan karakteristik serat kapas (cotton) yaitu sama-sama dipintal ataupun dicampur dengan serat yang lainnya untuk dijadikan bahan baku tekstil. Prospek pengembangan pasar untuk serat rami sangat baik karena harga jual yang relatif tinggi. Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk mengembangkan rami karena memiliki lahan yang relatif luas dan iklim yang cocok untuk tanaman rami. Rami sangat cocok dikembangkan di Indonesia bagian barat yang beriklim basah karena tanaman ini memerlukan curah hujan sepanjang tahun. Berdasarkan persyaratan tumbuhnya banyak daerah yang sesuai antara lain: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara dan Sumatera Selatan. Dari hasil penelitian, serat rami di Indonesia kualitasnya mampu bersaing dengan serat rami dari Cina, Brazil, Filipina, Taiwan, Korea, Komboja, Thailand dan Vietnam.
Sifat-sifat serat rami:
1.      Berwarna putih, mudah diberi warna
2.      Kuat, memiliki kekuatan 4X lebih besar daripada linen, 6X dari sutera dan 7X dari kapas.
3.      Kilapnya lebih tinggi dari beberapa linen, daya serap terhadap kelembaban 12%, (daya serap kapas 8%)
4.      Elastisitas rendah, licin dan kaku.

   2.2  Potensi Pemanfaatan Tanaman Rami (Boehmeria nivea)
Rami merupakan tanaman yang memiliki potensi tinggi (serbaguna). Daunnya merupakan bahan kompos dan pakan ternak yang bergizi tinggi, kayunya baik untuk bahan bakar. Serat rami merupakan bahan yang dapat diolah untuk kain fashion berkualitas tinggi dan bahan pembuatan selulosa berkualitas tinggi (selulose α). Kayu dan serat rami dapat diolah menjadi pulp berkualitas tinggi sebagai bahan baku pembuatan aneka jenis kertas berharga.
Proses dekortikasi menghasilkan limbah rami yang sangat baik untuk pupuk organik ( kompos). Setelah mengalami bio proses, pupuk organik dari batang rami tersebut dapat digunakan untuk pemupukan tanaman. Di samping tanaman rami itu sendiri kelebihannya dapat digunakan untuk tanaman hortikutura atau tanaman perkebunan lainnya. Kegunaan batang rami yang lain adalah sebagai bahan baku pulp (kertas), bahan baku particle board serta mempunyai kandungan cellulosa yang cukup baik untuk dijadikan bahan baku propelant double base (bahan baku isian dorong peluru).
2.2.1        Pemanfaatan Rami Sebagai Bahan Baku Tekstil
Pada tahun 1733, rami dikenal sebagai tanaman hias di Kebun Raya di Belanda, setelah satu abad kemudian baru diketahui potensinya sebagai penghasil serat tekstil (Sastrosupadi, 2005). Di Indonesia, tanaman rami sudah lama dibudidayakan, yaitu sejak zaman penjajahan Belanda. Pada saat itu serat rami digunakan sebagai suplemen kapas untuk industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Serat rami didiskripsikan mirip dengan serat kapas dengan beberapa kelebihan yaitu serat lebih panjang, kekuatan serat lebih besar, daya serap air juga lebih besar. Namun demikian, serat rami lebih kasar dan daya mulurnya lebih rendah dibandingkan karakter yang dimiliki serat kapas.
Untuk memadukan sifat kelebihan dan kekurangan serat rami dengan serat kapas atau bahan baku lain (misal rayon atau poliester), diperlukan perbandingan tertentu sehingga mudah dalam proses pemintalan untuk membuat benang (Tirtosuprobo et al., 2007b). Kain rami nyaman dipakai terutama pada musim panas karena memiliki daya serap yang tinggi. Keistimewaan lain adalah tahan terhadap penodaan dan tahan untuk dicuci dengan air panas. Kain rami juga tidak mudah berjamur dan tahan terhadap ngengat sehingga lebih awet disimpan dalam waktu lama.
2.2.2        Pemanfaatan Rami Sebagai Pakan Ternak
Daun rami mempunyai kandungan bahan kering 86,80%, bahan organik 86,32%, protein kasar 25,23%, serat kasar 16,13% dan lemak kasar 2,63% sehingga dapat digunakan sebagai pakan ternak (Santoso dan Sastrosupadi, 2008). Hasil penelitian Sudibyo et al. (2007) menunjukkan bahwa penggunaan limbah daun rami sebagai konsentrat dalam pakan lengkap dapat meningkatkan kandungan protein kasar 0,77% dan serat kasar 13,83%, meningkatkan daya degradasi pakan sebesar 1,0-1,8% dan daya cerna sebesar 2,28-3,26%. Peningkatan proporsi limbah daun rami sebagai bahan konsentrat dalam pakan lengkap dari 15-45% diikuti oleh peningkatan kandungan protein kasar, serat kasar, daya degradasi pakan, dan daya kecernaan pakan.
Seorang pengusaha di Garut, Jawa Barat telah berhasil membuat pakan ternak berupa pellet dengan ukuran diameter 12,5 cm dengan ketebalan 5 cm. Berat masing-masing pellet sekitar 200 g yang dicobakan pada sapi, kambing dan itik. Cara pembuatan pellet dengan mencampurkan tepung daun rami dan sumber karbohidrat lain seperti tongkol jagung, kemudian difermentasi hingga menjadi silase. Hasil silase ini kemudian dicetak menjadi pellet. Komposisi antara daun kering dengan sumber karbohidrat lain tidak persis sama karena yang berperan adalah hasil analisis proksimat (proximate analysis) yang terdiri atas kadar protein, lipida, karbohidrat, serat kasar, dan abu yang telah ditetapkan lebih dulu.
2.2.3        Pemanfaatan Rami Sebagai Bahan Baku Kertas Dan Pulp
Serat rami yang pendek dapat digunakan sebagai bahan baku kertas berkualitas tinggi antara lain kertas uang dan kertas rokok. Limbah hasil dekortikasi yang berupa potongan-potongan kayu dan kulit rami dapat digunakan sebagai bahan baku pulp. Pembuatan pulp dengan bahan baku limbah dekortikasi rami telah dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (Balittas) bekerjasama dengan Balai Besar Selulosa, Bandung. Dari analisis mutu lembaran pulp putih diketahui bahwa mutu pulp dari limbah dekortikasi rami cukup baik Hal ini disebabkan oleh kandungan kimia limbah dekortikasi rami masih cukup tinggi.
2.2.4        Pemanfaatan  Rami Sebagai Bahan Baku Kompos
Limbah dekortikasi juga dapat digunakan sebagai bahan baku kompos. Hasil penelitian di Wonosobo selama lima tahun (2000-2004) menunjukkan bahwa limbah dekortikasi basah sebesar 53%, yang dapat diolah menjadi kompos hanya sebesar 12% dari bobot brangkasan 111.905 kg/ha/tahun (Santoso dan Sastrosupadi, 2008). Mengingat kandungan unsur hara limbah dekortikasi cukup tinggi yaitu unsur P (0,19%), K (1,02%), Ca (0,93%) dan Mg (0,40%), maka kompos yang dihasilkan mempunyai kandungan nutrisi tinggi sehingga sangat bermanfaat bagi tanaman lain. Kandungan hara kompos limbah dekortikasi rami lebih lengkap bila dibandingkan dengan kompos sisa pangkasan teh dan kulit buah kakao.


2.3  Pengolahan Tanaman Rami Menjadi Serat
Sebelum tanaman rami dijadikan sebagai bahan baku tekstil dan bahan baku lainnya tentu haru melewati berbagai proses terlebih dahulu, salah satunya adalah mengubah tanaman rami menjadi serat baru setelah itu rami dapat diolah menjadi berbagai bahan baku sesuai kebutuhan yang diinginkan. Lalu bagaimana proses pengolahannya?
Rami dipanen pada umur sekitar 6 bulan sejak tanam. Yang dipanen adalah batangnya, dengan cara dipangkas di bagian pangkal. Dengan budidaya yang baik, tinggi batang rami bisa mencapai 2 m, dengan diameter batang sekitar jari orang dewasa. Karena tanaman ini berizoma (menumbuhkan anakan), maka rumpun rami bisa dipanen terus-menerus antara 5 sampai dengan 6 tahun. Baru kemudian dibongkar, untuk dirotasi dengan tanaman lain.
Pada umumnya Tahapan Pengolahan sebagai berikut :  
1.      Dekortikasi yaitu memisahkan kulit rami dari batangnya. Pada umumnya cara pemisahan rami yaitu batang rami yang dipanen, segera dibersihkan dari daun dan pucuknya dibuang. Setelah dibersihkan daunnya, batang rami dikupas kulitnya. Caranya, batang rami digaris memanjang menggunakan ujung pisau, lalu kulit dibuka dan ditarik. Proses ini disebut dekortikasi, dan bisa dilakukan secara manual, maupun masinal (dengan mesin). Kayu rami kemudian dijemur sebagai kayu bakar, untuk pulp (bubur kertas), bahkan bisa diolah menjadi Nitro Selulosa, sebagai bahan amunisi (mesiu). Kulit rami hasil dekortikasi, harus segera diolah lebih lanjut, dijemur, atau diberi threatment, agar tidak tercemar bakteri atau kapang. Sebab kulit rami sangat peka busuk, yang berakibat rusaknya serat. 
2.      Degumming yaitu menghilangkan sisa-sisa gum dan pektin yang masih menempel pada serat, dapat dilakukan dengan cara kimia. Tujuan proses degumming ialah proses degumming pada serat rami kasar untuk menghilangkan sebanyak mungkin senyawa gum yang masih ada di antara helaian serat rami. Pada serat rami kasar kandungan gum nya berkisar Proses degumming biasanya dilakukan dengan cara memasak antara 25-30% china grass dengan larutan alkali selama beberapa jam. Cara degumming ada beberapa macam, antara lain menggunakan NaOH 0,5%, Na2C03, Na-tripolifosfat 3% serta bahan pembasah (teepol) sebanyak 3% 
3.      Pemutihan serat dapat dengan bahan pemutih: biasanya menggunakan senyawa klorin (ca-hipoklorit atau na-hipoklorit) atau hidrogenperoksida (H202)  Proses ini ditujukan untuk pemutihan pada serat hasilproses degumming membuat serat setelah proses degumming masih berwarna kekuning-kuningan sampai saat ini, proses pemutihan menjadi putih seperti kapas. Dilaksanakan dengan cara merendam serat setelah proses degumming dengan senyawa klorin (ca-hipoklorit atau na-hipoklorit) atau hidrogen peroksida (h202). Perendaman ini diikuti dengan pemanasan pada suhu 50°c selama 1 jam,kemudian baru dicuci dan dikeringkan. Serat rami hasil deguming ini, masih harus diproses softening, yakni proses pelepasan dan penghalusan. Proses ini bisa dilakukan secara kimia maupun mekanis. Proses softening diperlukan agar serat rami bisa dipintal dan ditenun. Proses terakhir adalah cutting dan opening, untuk memisah serat rami menjadi dua macam. Serat panjangnya disebut rami top, dan serat pendeknya staple fibre. Dengan dihasilkannya dua produk ini, berakhirlah proses pengolahan kulit batang rami, hingga menjadi serat yang siap pintal dan tenun.
4.      Pelurusan serat dengan bantuan alat brushing machine,
5.      Pemotongan serat memotong serat rami menjadi sepanjang serat kapas atau polyester lainnya. 
6.      Penguraian bundel serat diuraikan menjadi serat seperti serat kapas, pada tahap ini serat rami baru dapat dipintal atau dicampur dengan serat lainnya.
7.      Namun Serat yang dihasilkan berwarna putih seperti kapas dan mengkilat, perlakuan pemutihan serat ini dapat berpengaruh pada kekuatan serat. Penggunaan bahan pemutih terlalu banyak dapat menurunkan kekuatan serat.



   2.4  Kendala Yang Dihadapi Dalam Pengembangan Rami
Rami memang sangat menguntungkan apabila kita bisa memanfaatkannya dengan baik, keuntungan yang kita dapat bisa dari berbagai segi bahkan limbahnya-pun dapat dimanfaatkan sebagai kompos dan konsentrat. Akan tetapi dibalik manfaat yang bisa kita dapat tersebut masih sedikit orang yang mau berbisnis dengan rami. Ini dikarenakan masih bayank kendala yang menjadi masalah dalam usaha pengembangannya.
Kendala utama dalam pengembangan rami adalah rendahnya produktivitas sebagai akibat bahan tanaman yang belum murni (Purwati, 2010). Selain itu, persyaratan tumbuh untuk rami di lahan pengembangan kadang kala belum terpenuhi.
Selain kendala teknis, beberapa kendala non-teknis yang dapat mempengaruhi pengembangan rami di Indonesia antara lain:
1.)    Lokasi pengembangan umumnya jauh dari sarana transportasi, sehingga menambah biaya produksi
2.)    Pada proses penyeratan untuk mendapatkan serat kasar (china grass) diperlukan alat untuk memisahkan kulit rami dari batangnya yang disebut dekortikator (Winarto, 2005).
3.)    Kelembagaan yang ada belum sesuai untuk pengembangan rami,
4.)    Kejelasan pasar dan kepastian harga serat rami belum banyakdiketahui, dengan demikian akan menyulitkan produsen rami untuk menyalurkan hasil seratnya (Tirtosuprobo et al., 2007)
5.)    Pengembangan rami baru menguntungkan setelah tahun ke tiga, dan
6.)    Pabrik-pabrik tekstil yang ada di tanah air belum banyak memanfaatkan serat rami sebagai benang untuk tekstil, karena mesin yang digunakan adalah mesin pengolah kapas (serat pendek).



BAB III
PENUTUP

   3.1  Kesimpulan
Penulisan ini ditujukan untuk menyampaikan informasi yang berkaitan dengan pengembangan penggunaan rami berdasarkan manfaat yang didapatkan, serta upaya peningkatan produksi melalui penggunaan varietas dan teknologi pemanfaatan serat rami yang tepat. Upaya-upaya tersebut diharapkan dapat mendukung tersedianya bahan baku tekstil dan produk tekstil, serta industri lain dengan memanfaatkan limbah rami.
Berdasarkan potensi yang terdapat pada tanaman rami dan kebutuhan serat rami yang cukup tinggi, baik untuk subtitusi serat kapas maupun untuk bahan baku diversifikasi produk, maka pengembangan rami di Indonesia perlu digalakkan kembali.
   3.2  Saran
Indonesia termasuk negara yang membudidayakan tanaman rami tidak terlalu luas padahal manfaat dari rami itu sendiri sangat banyak. Hampir seluruh bagian dari tanaman rami dapat di manfaatkan. Akan sangat menguntungkan apabila Indonesia dapat mengembangkan produksi tanaman rami sehingga Indonesia dapat bersaing dengan negara pengimpor utama serat rami seperti Jepang, Jerman, Perancis dan Inggris.
Beberapa kendala yang dihadapi dalam pengembangan rami selama ini perlu diantisipasi dengan menggunakan strategi pengembangan yang tepat. Strategi pengembangan rami yang konstruktif meliputi intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi dan kelembagaan. Untuk mengatasi kendala tersebut, Intensifikasi yang meliputi pemanfaatan varietas unggul dan benih bermutu tinggi merupakan strategi utama yang mutlak diperlukan dalam upaya peningkatan produktivitas pengembangan rami (Purwati, 2010).
DAFTAR PUSTAKA

BPPT. 2009. Sosialisasi aplikasi komposit serat alam ramie. http://w.w.w.bppt.go.id/index.php?Option=com_content&id=292:sosialisasi-aplikasi-kompositserat ramie (Diakses 24 February 2016)
HKTI. 2014. Tanaman Rami (Boehmeria nivea). http://hkti.org/tanaman-rami-boehmeria-nivea.html (Diakses 24 February 2016)
Omah Tenun. 2014. Pengolahan Tanaman Rami Menjadi Serat. http://omahtenunku.blogspot.co.id/2014/06/pengolahan-tanaman-rami-menjadi-serat.html (Diakses 24 February 2016)
Petanihebat.com . 2014. Manfaat Serat Rami. http://www.petanihebat.com/2014/09/manfaat-serat-rami.html (Diakses 24 February 2016)
Plantus. 2010. Tanaman Ramie Komoditas Prospektif. http://anekaplanta.wordpress.com/2010/01/28/tanaman-ramie-komoditasprospektif (Diakses tanggal 24 February 2016)
Purwati, R.D. 2010.  Strategi Pengembangan Rami (Boehmeria nivea Gaud.). Jurnal Perspektif, No. 2(6). Hlm 106-118
Sastrosupadi, A. 2005. Pengembangan rami (Boehmeria nivea Gaud.) di Indonesia. Di dalam Rachman A., et al. (eds) Rami (Boehmeria nivea Gaud.). Monograf No. 8. Balittas. Malang, hlm 60-67.
Sudibyo, N., S. Mulyaningsih dan B. Santoso, 2007. Pengaruh proporsi limbah daun rami dalam konsentrat pakan lengkap terhadap pertumbuhan kambing. Prosiding Lokakarya Model Pengembangan Agribisnis Rami. Garut 24 November 2005. Puslitbang Perkebunan, Bogor, hlm 72-79.
Tanuwira, U.,H et al. 2010. Daun Rami (Boehmeria nivea) Sebagai Pengganti Konsentrat Ransum Domba. Seminar nasional fakultas perternakan Unpad ke-2 “sistem produksi berbasis ekosistem lokal”. Universitas Padjajaran. Bandung. Hlm 494-498
Tirtosuprobo, S., B.W. Winarto, dan M. Sahid. 2007. Peluang pengembangan rami untuk suplemen kapas. Prosiding Lokakarya Nasional Kapas dan Rami. Surabaya 15 Maret 2006. Puslitbang Perkebunan, Bogor, hlm 167-173.
Winarto, B.W. 2005. Pengolahan serat rami kasar (china grass) menjadi serat siap pintal. Di dalam Rachman A., et al. (eds) Rami (Boehmeria nivea Gaud.). Monograf No. 8. Balittas. Malang, hlm 45-54.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar