PEMANFAATAN TANAMAN RAMI (Boehmeria nivea)
Disusun Oleh Kelompok 5:
Intan Yatima Putri : 130310021
Armiya : 130310041
Riska Saputri : 130310094
Ida Farida : 130310068
Zakiul Fuadi : 130310028
Sofyan : 130310089
Kelas : AET 2
TBT TEBU, NILAM DAN SERAT
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2016
-------------------------^^--------------------------
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia memiliki sumberdaya alam yang melimpah,
salah satunya yaitu sumberdaya hayati baik berupa hewan maupun tumbuhan. Di era
modern saat ini, penggunaan bahan-bahan dari plastik dan logam telah banyak
digunakan untuk berbagai keperluan sehari-hari, tak jarang hal tersebut memicu
kerusakan lingkungan yang kian meresahkan. Seperti bahan plastik misalnya,
plastik dimanfaatkan untuk membantu memenuhi kebutuhan manusia dari pakaian
sampai perlengkapan rumah tangga tak sedikit yang mengunakan plastik. Akan
tetapi, sangat disayangkan bahwa bahan plastik tersebut sangat tidak ramah
lingkungan karena plastik tak dapat diurai. Butuh waktu ribuan tahun untuk
mengurai bahan plastik tersebut.
Akan
tetapi, sebenarnya ada banyak cara yang bisa digunakan untuk dapat dimanfaatkan
sebagai bahan komposit yang ramah lingkungan berpotensi menggantikan logam dan
plastik, seperti salah satunya adalah Rami. Serat Rami dapat digunakan untuk
rompi antipeluru, tabung gas, hingga kaki palsu. Kembali ke alam untuk
menggunakan bahan yang ramah lingkungan kini menjadi gerakan yang meluas di
dunia. Salah satu sumber hayati yang digunakan
dan dikembangkan pemanfaatannya adalah serat dari tetumbuhan. Selama ini ada
beberapa jenis tumbuhan yang dapat dimanfaatkan bahan selulosanya, baik yang
berasal dari batang, buah, maupun daun, yaitu antara lain pisang abaka, kelapa,
rami, sisal, tetapi yang berpotensi dikembangkan menjadi berbagai produk yang
berkualitas dan bernilai tinggi adalah pisang abaka dan rami.
Pengembangan
rami (Boehmeria nivea Gaud.) telah lama dilakukan oleh masyarakat Indonesia,
yaitu sejak zaman pemerintah Kolonial. Serat rami didiskripsikan mirip dengan
serat kapas dengan beberapa kelebihan, yaitu serat lebih panjang, kekuatan
serat lebih besar, daya serap air juga lebih besar. Namun demikian, serat rami
lebih kasar dan daya mulurnya lebih rendah
dibandingkan karakter yang dimiliki serat kapas (Sastrosupadi, 2005). Komposit
serat rami dapat digunakan untuk pembuatan aksesories interior dan eksterior
kendaraan bermotor, seperti modifikasi
bemper dengan variasi geometri dan pewarnaan (BBPT, 2009).
Pengembangan
rami akan lebih menguntungkan apabila limbahnya dimanfaatkan. Sebagai contoh
limbah serat rami pendek dimanfaatkan
untuk membuat kertas berkualitas tinggi antara lain kertas uang dan kertas
rokok (Swicofil, 2010). Limbah daun rami
sebagai pakan ternak (Sudibyo et al., 2007) dan limbah dekortikasi dapat
digunakan sebagai bahan baku pulp, kompos, particle board, dan media untuk
penanaman berbagai komoditas pertanian antara lain jamur merang dan strawberry.
1.2 Tujuan
Tujuan
penulisan ini untuk menyampaikan informasi yang berkaitan dengan pemanfaat
Serat Rami sebagai bahan baku tekstil dan lainnya sebagai pengganti bahan baku
plastki maupun logam yang lebih ramah lingkungan.
Dengan
penulisan ini diharapkan dapat meningkatkan minat masyarakat untuk memanfaatkan
serat rami yang lebih aman dan ramah lingkungan sehingga dapat mengurangi
dampak pencemaran lingkungan dari limbah plastik dan bahan baku tekstil yang
mengandung zat kimia berbahaya lainnnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tanaman Rami (Boehmeria nivea)
Tanaman Rami (Boehmeria nivea)
adalah tanaman tahunan yang
berbentuk rumpun mudah tumbuh dan dikembangkan di daerah tropis, tahan terhadap
penyakit dan hama, serta dapat mendukung pelestarian alam dan lingkungan.
Tanaman Rami yang dikenal dengan nama latinnya Boehmeria nivea (L) Goud
merupakan tanaman tahunan berbentuk rumpun yang dapat menghasilkan serat alam
nabati dari pita (ribbons) pada kulit kayunya yang sangat keras dan mengkilap.
Rami termasuk dalam stingless netlle (sejenis
daun gatal) dalam keluarga Urticaceae dan ordo Urticales, yang di daerah
tropika ada sekitar 40 generasi dan 500 spesies. Rami merupakan spesies yang
paling penting secara ekonomi, karena memiliki serat yang baik untuk
diperdagangkan. Ada dua golongan rami yang secara komersial diusahakan, yaitu
rami hijau (Boehmeria nivea var. tenaccisima) dan rami putih (Boehmeria nivea
var. proper). Ciri khas tanaman rami putih adalah pada daun bagian bawah
berwarna putih keperakan yang sangat kontras, sedangkan rami hijau warna putih
keperakannya agak kurang jelas.
Serat rami mempunyai sifat dan
karakteristik serat kapas (cotton) yaitu sama-sama dipintal ataupun dicampur
dengan serat yang lainnya untuk dijadikan bahan baku tekstil. Prospek
pengembangan pasar untuk serat rami sangat baik karena harga jual yang relatif
tinggi. Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk mengembangkan rami
karena memiliki lahan yang relatif luas dan iklim yang cocok untuk tanaman
rami. Rami sangat cocok dikembangkan di Indonesia bagian barat yang beriklim
basah karena tanaman ini memerlukan curah hujan sepanjang tahun. Berdasarkan
persyaratan tumbuhnya banyak daerah yang sesuai antara lain: Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara dan Sumatera Selatan. Dari hasil penelitian,
serat rami di Indonesia kualitasnya mampu bersaing dengan serat rami dari Cina,
Brazil, Filipina, Taiwan, Korea, Komboja, Thailand dan Vietnam.
Sifat-sifat
serat rami:
1. Berwarna putih, mudah diberi warna
2.
Kuat, memiliki
kekuatan 4X lebih besar daripada linen, 6X dari sutera dan 7X dari kapas.
3.
Kilapnya lebih
tinggi dari beberapa linen, daya serap terhadap kelembaban 12%, (daya serap
kapas 8%)
4.
Elastisitas
rendah, licin dan kaku.
2.2
Potensi Pemanfaatan Tanaman Rami (Boehmeria
nivea)
Rami
merupakan tanaman yang memiliki potensi tinggi (serbaguna). Daunnya merupakan bahan
kompos dan pakan ternak yang bergizi tinggi, kayunya baik untuk bahan bakar.
Serat rami merupakan bahan yang dapat diolah untuk kain fashion berkualitas
tinggi dan bahan pembuatan selulosa berkualitas tinggi (selulose α). Kayu dan
serat rami dapat diolah menjadi pulp berkualitas tinggi sebagai bahan baku pembuatan
aneka jenis kertas berharga.
Proses dekortikasi menghasilkan limbah rami yang sangat baik
untuk pupuk organik ( kompos). Setelah mengalami bio proses, pupuk organik dari
batang rami tersebut dapat digunakan untuk pemupukan tanaman. Di samping
tanaman rami itu sendiri kelebihannya dapat digunakan untuk tanaman hortikutura
atau tanaman perkebunan lainnya. Kegunaan batang rami yang lain adalah sebagai
bahan baku pulp (kertas), bahan baku particle board serta mempunyai kandungan
cellulosa yang cukup baik untuk dijadikan bahan baku propelant double base
(bahan baku isian dorong peluru).
2.2.1
Pemanfaatan Rami Sebagai Bahan Baku Tekstil
Pada tahun 1733,
rami dikenal sebagai tanaman hias di Kebun Raya di Belanda, setelah satu abad
kemudian baru diketahui potensinya sebagai penghasil serat tekstil
(Sastrosupadi, 2005). Di Indonesia, tanaman rami sudah lama dibudidayakan,
yaitu sejak zaman penjajahan Belanda. Pada saat itu serat rami digunakan sebagai
suplemen kapas untuk industri Tekstil dan
Produk Tekstil (TPT). Serat rami didiskripsikan mirip dengan serat kapas dengan
beberapa kelebihan yaitu serat lebih panjang, kekuatan serat lebih besar, daya
serap air juga lebih besar. Namun demikian, serat rami lebih kasar dan daya
mulurnya lebih rendah dibandingkan karakter yang dimiliki serat kapas.
Untuk memadukan sifat
kelebihan dan kekurangan serat rami dengan serat kapas atau bahan baku lain
(misal rayon atau poliester), diperlukan perbandingan tertentu sehingga mudah
dalam proses pemintalan untuk membuat benang (Tirtosuprobo et al., 2007b). Kain
rami nyaman dipakai terutama pada musim panas karena memiliki daya serap yang
tinggi. Keistimewaan lain adalah tahan terhadap penodaan dan tahan untuk dicuci
dengan air panas. Kain rami juga tidak mudah berjamur dan tahan terhadap
ngengat sehingga lebih awet disimpan dalam waktu lama.
2.2.2
Pemanfaatan Rami Sebagai Pakan Ternak
Daun rami
mempunyai kandungan bahan kering 86,80%, bahan organik 86,32%, protein kasar 25,23%,
serat kasar 16,13% dan lemak kasar 2,63% sehingga dapat digunakan sebagai pakan
ternak (Santoso dan Sastrosupadi, 2008). Hasil penelitian Sudibyo et al. (2007)
menunjukkan bahwa penggunaan limbah daun rami sebagai konsentrat dalam pakan
lengkap dapat meningkatkan kandungan protein kasar 0,77% dan serat kasar
13,83%, meningkatkan daya degradasi pakan sebesar 1,0-1,8% dan daya cerna
sebesar 2,28-3,26%. Peningkatan proporsi limbah daun rami sebagai bahan
konsentrat dalam pakan lengkap dari 15-45% diikuti oleh peningkatan kandungan
protein kasar, serat kasar, daya
degradasi pakan, dan daya kecernaan pakan.
Seorang
pengusaha di Garut, Jawa Barat telah berhasil membuat pakan ternak berupa pellet
dengan ukuran diameter 12,5 cm dengan ketebalan 5 cm. Berat masing-masing
pellet sekitar 200 g yang dicobakan pada sapi, kambing dan itik. Cara pembuatan
pellet dengan mencampurkan tepung daun rami dan sumber karbohidrat lain seperti
tongkol jagung, kemudian difermentasi hingga menjadi silase. Hasil silase ini
kemudian dicetak menjadi pellet. Komposisi antara daun kering dengan sumber karbohidrat
lain tidak persis sama karena yang berperan adalah hasil analisis proksimat (proximate
analysis) yang terdiri atas kadar protein, lipida, karbohidrat, serat kasar,
dan abu yang telah ditetapkan lebih dulu.
2.2.3
Pemanfaatan Rami Sebagai Bahan Baku Kertas Dan Pulp
Serat rami yang
pendek dapat digunakan sebagai bahan baku kertas berkualitas tinggi antara lain
kertas uang dan kertas rokok. Limbah hasil dekortikasi yang berupa potongan-potongan
kayu dan kulit rami dapat digunakan sebagai bahan baku pulp. Pembuatan pulp
dengan bahan baku limbah dekortikasi rami telah dilakukan oleh Balai Penelitian
Tanaman Tembakau dan Serat (Balittas) bekerjasama dengan Balai Besar Selulosa,
Bandung. Dari analisis mutu lembaran pulp putih diketahui bahwa mutu pulp dari
limbah dekortikasi rami cukup baik Hal ini disebabkan oleh kandungan kimia
limbah dekortikasi rami masih cukup tinggi.
2.2.4
Pemanfaatan Rami
Sebagai Bahan Baku Kompos
Limbah
dekortikasi juga dapat digunakan sebagai bahan baku kompos. Hasil penelitian di Wonosobo selama lima tahun
(2000-2004) menunjukkan bahwa limbah dekortikasi basah sebesar 53%, yang dapat
diolah menjadi kompos hanya sebesar 12% dari bobot brangkasan 111.905
kg/ha/tahun (Santoso dan Sastrosupadi, 2008). Mengingat kandungan unsur hara
limbah dekortikasi cukup tinggi yaitu unsur P (0,19%), K (1,02%), Ca (0,93%)
dan Mg (0,40%), maka kompos yang dihasilkan mempunyai kandungan nutrisi tinggi
sehingga sangat bermanfaat bagi tanaman lain. Kandungan hara kompos limbah
dekortikasi rami lebih lengkap bila dibandingkan dengan kompos sisa pangkasan
teh dan kulit buah kakao.
2.3
Pengolahan Tanaman Rami Menjadi Serat
Sebelum tanaman rami dijadikan sebagai
bahan baku tekstil dan bahan baku lainnya tentu haru melewati berbagai proses
terlebih dahulu, salah satunya adalah mengubah tanaman rami menjadi serat baru
setelah itu rami dapat diolah menjadi berbagai bahan baku sesuai kebutuhan yang
diinginkan. Lalu bagaimana proses pengolahannya?
Rami dipanen pada umur
sekitar 6 bulan sejak tanam. Yang dipanen adalah batangnya, dengan cara
dipangkas di bagian pangkal. Dengan budidaya yang baik, tinggi batang rami bisa
mencapai 2 m, dengan diameter batang sekitar jari orang dewasa. Karena tanaman
ini berizoma (menumbuhkan anakan), maka rumpun rami bisa dipanen terus-menerus
antara 5 sampai dengan 6 tahun. Baru kemudian dibongkar, untuk dirotasi dengan
tanaman lain.
Pada
umumnya Tahapan Pengolahan sebagai berikut :
1. Dekortikasi yaitu
memisahkan kulit rami dari batangnya. Pada umumnya cara pemisahan rami
yaitu batang rami yang dipanen, segera dibersihkan dari daun dan pucuknya
dibuang. Setelah dibersihkan daunnya, batang rami dikupas kulitnya. Caranya,
batang rami digaris memanjang menggunakan ujung pisau, lalu kulit dibuka dan
ditarik. Proses ini disebut dekortikasi, dan bisa dilakukan secara manual,
maupun masinal (dengan mesin). Kayu rami kemudian dijemur sebagai kayu bakar,
untuk pulp (bubur kertas), bahkan bisa diolah menjadi Nitro Selulosa, sebagai
bahan amunisi (mesiu). Kulit rami hasil dekortikasi, harus segera diolah lebih
lanjut, dijemur, atau diberi threatment, agar tidak tercemar bakteri atau
kapang. Sebab kulit rami sangat peka busuk, yang berakibat rusaknya serat.
2.
Degumming yaitu
menghilangkan sisa-sisa gum dan pektin yang masih menempel pada serat, dapat
dilakukan dengan cara kimia. Tujuan
proses degumming ialah proses
degumming pada serat rami kasar untuk menghilangkan sebanyak
mungkin senyawa gum yang masih ada di antara helaian serat rami. Pada serat
rami kasar kandungan gum nya berkisar Proses degumming biasanya dilakukan
dengan cara memasak antara 25-30% china grass dengan larutan alkali selama beberapa
jam. Cara degumming ada beberapa macam, antara lain menggunakan NaOH 0,5%,
Na2C03, Na-tripolifosfat 3% serta bahan pembasah (teepol) sebanyak 3%
3.
Pemutihan serat
dapat dengan bahan pemutih: biasanya menggunakan senyawa klorin (ca-hipoklorit
atau na-hipoklorit) atau hidrogenperoksida (H202) Proses
ini ditujukan untuk pemutihan pada
serat hasilproses degumming membuat serat setelah proses degumming
masih berwarna kekuning-kuningan sampai saat ini, proses pemutihan menjadi
putih seperti kapas. Dilaksanakan dengan cara merendam serat setelah proses
degumming dengan senyawa klorin (ca-hipoklorit atau na-hipoklorit) atau
hidrogen peroksida (h202). Perendaman ini diikuti dengan pemanasan pada suhu
50°c selama 1 jam,kemudian baru dicuci dan dikeringkan. Serat rami hasil
deguming ini, masih harus diproses softening, yakni proses pelepasan dan
penghalusan. Proses ini bisa dilakukan secara kimia maupun mekanis. Proses
softening diperlukan agar serat rami bisa dipintal dan ditenun. Proses terakhir
adalah cutting dan opening, untuk memisah serat rami menjadi dua macam. Serat
panjangnya disebut rami top, dan serat pendeknya staple fibre. Dengan
dihasilkannya dua produk ini, berakhirlah proses pengolahan kulit batang rami,
hingga menjadi serat yang siap pintal dan tenun.
4.
Pelurusan serat
dengan bantuan alat brushing machine,
5.
Pemotongan serat
memotong serat rami menjadi sepanjang serat kapas atau polyester lainnya.
6.
Penguraian
bundel serat diuraikan menjadi serat seperti serat kapas, pada tahap ini serat
rami baru dapat dipintal atau dicampur dengan serat lainnya.
7.
Namun Serat yang dihasilkan berwarna putih
seperti kapas dan mengkilat, perlakuan
pemutihan serat ini dapat berpengaruh pada kekuatan serat. Penggunaan bahan
pemutih terlalu banyak dapat menurunkan kekuatan serat.
2.4 Kendala Yang
Dihadapi Dalam Pengembangan Rami
Rami
memang sangat menguntungkan apabila kita bisa memanfaatkannya dengan baik,
keuntungan yang kita dapat bisa dari berbagai segi bahkan limbahnya-pun dapat
dimanfaatkan sebagai kompos dan konsentrat. Akan tetapi dibalik manfaat yang
bisa kita dapat tersebut masih sedikit orang yang mau berbisnis dengan rami. Ini
dikarenakan masih bayank kendala yang menjadi masalah dalam usaha
pengembangannya.
Kendala
utama dalam pengembangan rami adalah rendahnya produktivitas sebagai akibat bahan
tanaman yang belum murni (Purwati, 2010). Selain itu, persyaratan tumbuh untuk
rami di lahan pengembangan kadang kala belum terpenuhi.
Selain
kendala teknis, beberapa kendala non-teknis yang dapat mempengaruhi pengembangan
rami di Indonesia antara lain:
1.) Lokasi pengembangan umumnya jauh dari sarana
transportasi, sehingga menambah biaya produksi
2.)
Pada proses
penyeratan untuk mendapatkan serat kasar (china grass) diperlukan alat untuk
memisahkan kulit rami dari batangnya yang disebut dekortikator (Winarto, 2005).
3.)
Kelembagaan yang
ada belum sesuai untuk pengembangan rami,
4.)
Kejelasan pasar
dan kepastian harga serat rami belum banyakdiketahui, dengan demikian akan
menyulitkan produsen rami untuk menyalurkan hasil seratnya (Tirtosuprobo et
al., 2007)
5.)
Pengembangan rami
baru menguntungkan setelah tahun ke tiga, dan
6.) Pabrik-pabrik tekstil yang ada di tanah air belum
banyak memanfaatkan serat rami sebagai benang untuk tekstil, karena mesin yang digunakan
adalah mesin pengolah kapas (serat pendek).
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Penulisan
ini ditujukan untuk menyampaikan informasi yang berkaitan dengan pengembangan penggunaan
rami berdasarkan manfaat yang didapatkan, serta upaya peningkatan produksi
melalui penggunaan varietas dan teknologi pemanfaatan serat rami yang tepat.
Upaya-upaya tersebut diharapkan dapat mendukung tersedianya bahan baku tekstil
dan produk tekstil, serta industri lain dengan memanfaatkan limbah rami.
Berdasarkan
potensi yang terdapat pada tanaman rami dan kebutuhan serat rami yang cukup
tinggi, baik untuk subtitusi serat kapas maupun untuk bahan baku diversifikasi
produk, maka pengembangan rami di Indonesia perlu digalakkan kembali.
3.2 Saran
Indonesia
termasuk negara yang membudidayakan tanaman rami tidak terlalu luas padahal
manfaat dari rami itu sendiri sangat banyak. Hampir seluruh bagian dari tanaman
rami dapat di manfaatkan. Akan sangat menguntungkan apabila Indonesia dapat
mengembangkan produksi tanaman rami sehingga Indonesia dapat bersaing dengan
negara pengimpor utama serat rami seperti Jepang,
Jerman, Perancis dan Inggris.
Beberapa
kendala yang dihadapi dalam pengembangan rami selama ini perlu diantisipasi
dengan menggunakan strategi pengembangan yang tepat. Strategi pengembangan rami
yang konstruktif meliputi intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi dan kelembagaan.
Untuk mengatasi kendala tersebut, Intensifikasi yang meliputi pemanfaatan
varietas unggul dan benih bermutu tinggi merupakan strategi utama yang mutlak
diperlukan dalam upaya peningkatan produktivitas pengembangan rami (Purwati,
2010).
DAFTAR PUSTAKA
BPPT. 2009.
Sosialisasi aplikasi komposit serat alam ramie.
http://w.w.w.bppt.go.id/index.php?Option=com_content&id=292:sosialisasi-aplikasi-kompositserat
ramie (Diakses 24 February 2016)
HKTI.
2014. Tanaman Rami (Boehmeria nivea).
http://hkti.org/tanaman-rami-boehmeria-nivea.html (Diakses 24 February 2016)
Omah
Tenun. 2014. Pengolahan Tanaman Rami Menjadi Serat. http://omahtenunku.blogspot.co.id/2014/06/pengolahan-tanaman-rami-menjadi-serat.html
(Diakses 24 February 2016)
Petanihebat.com
. 2014. Manfaat Serat Rami. http://www.petanihebat.com/2014/09/manfaat-serat-rami.html
(Diakses 24 February 2016)
Plantus.
2010. Tanaman Ramie Komoditas Prospektif. http://anekaplanta.wordpress.com/2010/01/28/tanaman-ramie-komoditasprospektif
(Diakses tanggal 24 February 2016)
Purwati,
R.D. 2010. Strategi Pengembangan Rami (Boehmeria nivea Gaud.).
Jurnal Perspektif, No. 2(6). Hlm 106-118
Sastrosupadi,
A. 2005. Pengembangan rami (Boehmeria nivea Gaud.) di Indonesia. Di dalam
Rachman A., et al. (eds) Rami (Boehmeria nivea Gaud.). Monograf No. 8. Balittas.
Malang, hlm 60-67.
Sudibyo,
N., S. Mulyaningsih dan B. Santoso, 2007. Pengaruh proporsi limbah daun rami
dalam konsentrat pakan lengkap terhadap pertumbuhan kambing. Prosiding
Lokakarya Model Pengembangan Agribisnis Rami. Garut 24 November 2005.
Puslitbang Perkebunan, Bogor, hlm 72-79.
Tanuwira,
U.,H et al. 2010. Daun Rami (Boehmeria nivea) Sebagai Pengganti
Konsentrat Ransum Domba. Seminar nasional fakultas perternakan Unpad ke-2 “sistem
produksi berbasis ekosistem lokal”. Universitas Padjajaran. Bandung. Hlm
494-498
Tirtosuprobo,
S., B.W. Winarto, dan M. Sahid. 2007. Peluang pengembangan rami untuk suplemen
kapas. Prosiding Lokakarya Nasional Kapas dan Rami. Surabaya 15 Maret 2006.
Puslitbang Perkebunan, Bogor, hlm 167-173.
Winarto,
B.W. 2005. Pengolahan serat rami kasar (china grass) menjadi serat siap pintal.
Di dalam Rachman A., et al. (eds) Rami (Boehmeria nivea Gaud.). Monograf No. 8.
Balittas. Malang, hlm 45-54.